BEKASI (suaralira.com) - Banyak cara untuk memperingati hari jadi Kabupaten Bekasi ke 67 yang jatuh pada hari ini, Selasa (15/08).
Salah satunya yang dilakukan para mahasiswa dan pemuda di Fly Over Tegal Gede Cikarang Selatan. Para mahasiswa tersebut yang tergabung dari berbagai kampus di Bekasi ini melakukan 'Rapat Paripurna Istimewa' untuk membahas seluruh problema yang terjadi di Kabupaten Bekasi.
"Ini cara kami menyambut HUT Kabupaten Bekasi ke-67, dengan membawa berbagai persoalan yang ada di Kabupaten Bekasi. Diantaranya bertambahnya jumlah angka pengangguran yang ada di Kabupaten Bekasi, gizi buruk yang tidak teratasi dan memperluas titik kemacetan serta merebaknya pembangunan di Kabupaten Bekasi, tanpa diikuti dengan proses perijinan yang sesuai dengan proses mekanisme ketetapan peraturan perijinan yang berlaku di Kabupaten Bekasi," ungkap Ketua Forum Mahasiswa Bekasi (FORMASI), Rizki Ezza.
Ditempat sama, perwakilan mahasiswa dari Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Bekasi (KAPEMASI) Bandung, Hildan menambahkan, Kabupaten Bekasi sudah sangat banyak persoalan yang sangat pelik. Salah satunya faktor kemiskinan yang terletak di dekat rumah Bupati Bekasi. Sangat tidak berbanding lurus dengan kawasan industri yang katanya terbesar se-Asia Tenggara, namun jumlah kemiskinan kurang lebih mencapai 11,5% dari 3,5 juta jiwa penduduk yang ada di Kabupaten Bekasi.
"Banyak pengangguran di kota berlabel kota industri ini. Dengan 20 kawasan industri dan 5,800 perusahaan yang ada di Kabupaten Bekasi, jumlah penyerapan tenaga kerja hanya 10 persen saja," bebernya.
Ia juga menyinggung tentang jumlah anak yang terkena gizi buruk mencapai 80 anak lebih tahun ini, dan terbagi di berbagai wilayah. Diantaranya wilayah Setu, Babelan dan Bojong Mangu. Selama dua periode Bupati Bekasi menjabat, tak prioritaskan tentang kesehatan. Belum lagi ruang terbuka hijau (RTH) yang berganti alih menjadi proyek yang tak memiliki izin.
Sementara itu, perwakilan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Bekasi, Adiyanto Saputra menuturkan, Kabupaten Bekasi dengan segudang potensi seperti, industri, migas, dan pertanian, seharusnya menjadi modal untuk mensejahterakan rakyat. Tetapi kenyataannya berbanding terbalik, yang terjadi kemiskinan, gizi buruk, jalan rusak, dan pengangguran yang masih tinggi.
"Paradoks Kabupaten Bekasi sebagai daerah nomor 3 ekonomi terbesar. Bekasi itu nomor 3 setelah Jakarta dan Surabaya, itu hasil survei detik finance. Tapi, angka kemiskinan, dan pengangguran masih tinggi. Kasus korupsi juga tinggi. Bahkan, anggaran untuk mess mahasiswa aja diduga dikorupsi, ini kan parah," ketus Adi.
Adi menambahkan, momentum hari jadi Kabupaten Bekasi ke 67 harusnya jadi ruang refleksi sekaligus evaluasi khususnya bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi, agar memiliki kepekaan terhadap nasib rakyat. Pemkab Bekasi mesti punya komitmen dan paradigma pembangunan yang jelas. APBD itu untuk, dari, oleh dan untuk rakyat. Dan dipergunankan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.
(red/sl)