Libur Panjang Jalan-Jalan, Kerja Panjang Mereka di Jalan

Oleh : Varhan Abdul Aziz
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) 
 
Libur panjang Rabu 28 Oktober hingga Minggu 1 November disambut rencana wisata oleh banyak orang. Sepertinya mereka lupa kita masih berada dalam pandemi. Juga banyak yang amnesia kalau kemarin-kemarin awal Corona berbulan-bulan kita libur teramat lama. Jadi di zaman New Normal ini libur panjang selayaknya jadi hal yang biasa saja. Lebih baik di rumah, agar tidak bertemu banyak orang dengan banyak resiko.
 
Tapi selamat datang di Indonesia. Dimana slogan ‘Kurang Piknik‘ jadi pedoman. Akibatnya lihat saja, puncak macet parah. Lembang Bandung stuck tak bergerak. Sudah dibilang di rumah saja, tetap jalan-jalan juga. Di beberapa daerah kasus Corona meningkat dalam cluster libur panjang ini. Kena Corona karena bonus dari pulang liburan. Ga’ keren banget. Kesadaran jaga kesehatan dan keselamatan pribadi jadi cara paling utama selamat di masa pandemi.
 
Apa harus dilakukan penyekatan-penyekatan lagi sama Pak Polisi kayak zaman awal-awal PSBB? Harus bawa surat dari Desa kemana-mana? Sudahlah, nambah kerjaan mereka saja. Ga’ usah begitu juga kerjaan mereka sudah banyak, menyiapkan anggota standby 24 jam di zona-zona rawan macet liburan. Seminggu lebih mereka harus standby di jalan. Dari H-1 sampai H+1 untuk pastikan sampai arus balik kerumah semua aman.
 
Di Instagram terlihat video Polisi yang mencoret tanggal merah di kalender diubah jadi hitam pakai spidol. Sebuah gambaran bahwa dalam liburan orang-orang sekalian, mereka-mereka sudah siap kerja dan tidur di jalan. Keluarga mereka bukan gak mau pelesir seperti orang kekinian. Tapi gak bisa karena Ayah/Ibunya harus dinas sebagai konsekuensi tugas negara. Dari awal juga mereka mana bisa ngantor online.
 
Bayangkan saja kalau Polantas kerja online. Jalanan bisa macet panjang gak bergerak. Atau reserse kerja dari Internet, penjahatnya gak akan bisa ditangkep pake wifi kan? Atau Dokter-dokter yang operasi pasien lewat Video Call Whatsapp, bisa mati yang sakitnya! Seandainya pemakaman korban corona bisa pakai zoom meeting, tukang gali itu mau banget karena mereka sudah lemas nguburin jenazah sehari ratusan.
 
Bukankah tiap hari juga kita bisa libur. Masih banyak yang kerja dari rumah. Anak-anak juga sekolah online. Kapan aja kita masih bisa liburan, cari waktu kosong, hindari penumpukan orang berangkat bersamaan. Lagipula saat jalan-jalan macet, kenikmatannya berganti tekanan mental. Pulang lelah besoknya sudah kerja, bukanya fresh malah stres. Belum lagi potensi oleh-oleh corona yang gak kelihatan. sumbangan virus dari orang yang gak dikenal di tempat liburan.
 
Bersyukurlah liburan gak dilarang, yang niat jalan-jalan gak ditangkap. Untung ini bukan Korea Utara dimana Corona gak ada disana! Iya karena yang kena bukan diobati, tapi dihukum mati. Sudahlah lagipula liburan sudah hari terakhir, cukup jadi pelajaran, kalau ada libur panjang lagi nanti, hindari jalan-jalan di tanggal merah, potensinya super bahaya. Hari ini semua akan pulang ke rumah. Mudah-mudahan gak macet, tapi kayaknya gak mungkin, pasti macet. Persiapkan mental, karena besok sudah kembali kerja.
 
Selamat berjuang di jalan bapak ibu aparat, kawal semua agar sampai dirumah dengan selamat. Tetap hati-hati karena di jalan resiko anda-anda tertular, sangatlah besar. Meski tidak dipublish spesifik, kita semua paham, angka petugas yang tertular Corona saat bertugas pasti sangat besar. Resiko dari sebuah pengabdian. Sedikit lagi selesai bapak ibu. ketika mereka semua kembali ke rumah dengan selamat. Ketika itu kalian semua bisa kembali hidup nomal sesaat.
 
Sebelum tugas selanjutnya kembali. Lagi dan lagi. Untuk NKRI, semangatlah para abdi negari.