Suaralira.com, Malang - Dugaan penyimpangan dalam pekerjaan proyek sekolah dasar (SD) di satuan kerja Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Cipta Karya (DPKPCK) Kabupaten Malang kembali ditemukan. Jika sebelumnya dugaan penyimpangan tersebut terjadi pada proyek 'Rehabilitasi sarana prasarana SD Negeri 3 Sumberdem, Kecamatan Wonosari' Kabupaten Malang, kali ini ditemukan dengan nama paket 'Rehabilitasi Gedung SD Negeri 2 Ngadas Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Gubernur LIRA Jatim, M. Zuhdy Achmadi bersama tim advokasi LIRA Malang Raya dan awak media mencoba mendatangi lokasi sekolah yang terletak di dekat kawasan Gunung Bromo, dan disana diketahui bahwa di lokasi tersebut tidak didapati rehabilitasi gedung. Melainkan, menurut pihak sekolah pengerjaan dari DPKPCK adalah pembangunan pagar. Adapun pagar yang baru dibuat adalah pagar pembatas di belakang sekolah sepanjang sekira 30 meter.
"Setahu saya, untuk bantuan dari Cipta Karya (DPKPCK, red), itu terakhir adalah pembangunan pagar besi. Untuk posisinya, ada di belakang sekolah. Kalau yang sekarang sedang berlangsung (depan sekolah, red), itu bukan," kata Guru Kelas, Suryanto, Selasa (31/10/2023).
Untuk pelaksanaan dan selesainya pekerjaan, papar guru senior di sekolah yang memiliki 37 murid itu, dirinya mengaku lupa kapan selesai persisnya. Namun yang pasti, pekerjaan sudah selesai dan hanya membuat pagar.
"Bisa di lihat di belakang (pagar, red). Panjangnya sekitar 30 meter dan untuk ukuran besinya, pipa hollo 4 x 4," tambahnya.
Gubernur LIRA Jatim yang mencoba mengecek lokasi, dalam pemantauan memang mendapati pagar besi baru dan berpondasi. Besinya sendiri di cat warna hitam dengan kolom-kolom beton warna biru. Sementara saat memastikan ukuran besi yang digunakan, didapati sisa potongan besi yang tergeletak.
"Kalau ini jenis besi yang dipakai, dengan dana 198 juta tentunya terlalu besar, kualitas besinyapun harus jauh lebih bagus. Ini lazimnya disebut besi hollo galvanis. Sekilas sepertinya non SNI (standart nasional Indonesia), karena sketnya hanya kisaran 3 cm persegi. Jika besi hollo galvanis 4 x 4 yang SNI biasanya sketnya 3,8 cm persegi, dengan ketebalan 1,2 mm. Jadi material pagar ini diduga menggunakan besi banci (non SNI-red). Sehingga ukurannya bukan standart, namun untuk lebih jelasnya harus diukur pakai sketmat," urai Didik-sapaan Gubernur LIRA Jatim.
Dengan kualitas besi non SNI yang digunakan, tambahnya, maka sisa anggaran dari pekerjaan ini sangat banyak. Karena, dengan nilai anggaran yang disiapkan itu, harusnya kualitas besinya juga bagus.
"Kalau saya memperkirakan, dengan memakai besi non SNI, maka total pekerjaan yang dilakukan itu tidak sampai menghabiskan dana 40 juta, terus sisa dananya untuk apa?," tanyanya.
Masih menurut Didik, selain mengenai pekerjaan, tentunya yang harus dikoreksi adalah nama paket untuk sekolah tersebut. Ketika nama paket tertulis rehabilitasi gedung, maka harusnya berbentuk bangunan, entah itu ruang kelas, ruang guru atau ruang lain yang dibenahi.
"Realita di lapangan, ini malah seolah disulap jadi pembangunan pagar. Lalu, kenapa nama paketnya tidak ditulis pembangunan pagar sekolah atau peningkatan sarana dan prasarana sekolah," tegasnya.
Sementara itu, Plt Kepala Sekolah SD Negeri 2 Ngadas, Nardi, saat dikonfirmasi terpisah menjelaskan bahwa pekerjaan pembangunan pagar dilakukan sekitar Agustus dan September 2023 sudah selesai. Usulannya saat itu, memang pembangunan pagar. Hanya saja, untuk model atau bagaimana bentuk besi yang digunakan (SNI atau bukan), dirinya tidak mengurai dalam usulan. Karena, yang terpikir saat itu ingin mengajukan pagar belakang sekolah. Dengan tujuan pengamanan, agar siswa tidak sampai jatuh jika main di belakang sekolah.
"Jadi saat itu, kira-kira bulan Februari 2023 sedang ada pembangunan plengsengan belakang sekolah akibat longsor. Kebetulan, pembangunan itu dilakukan setelah Pak Bupati meninjau lokasi longsor dan memerintahkan dinas Cipta Karya untuk memperbaiki saat itu juga. Makanya, saat proses pembangunan plengsengan itu, akhirnya tiba-tiba muncul ide usulan untuk mengajukan pembangunan pagar," terang Kepala Sekolah yang memiliki jabatan definitif di SD Negeri 1 Gubuklakah Kecamatan Poncokusumo ini.
Mengenai besaran anggaran pembangunan, Nardi mengaku dirinya tidak tahu. Karena, dari pihak pelaksana juga tidak memberitahu.
"Anggarannya berapa, saya tidak tahu. Karena saat itu tidak diberitahu. Cuman, saya bersyukur saja karena pagar sekolah sudah dibangun. Untuk besinya, pun saya tidak tahu. Kalau menurut saya pribadi, ya lumayan tebal," ujarnya saat ditemui di Kantor Korwil Poncokusumo.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, rehabilitasi sarana prasarana SD Negeri 3 Sumberdem, Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang juga diduga banyak terjadi penyimpangan. Dugaan itu, terjadi pada rehab atap, genting dan plafon. "Melihat kondisi seperti ini, pihak inspektorat tidak boleh tutup mata, harus turun dan lakukan pengecekan di lapangan, jika benar ada penyimpangan, periksa semua pihak yang terkait dengan masalah ini," pungkas Didik. (Suwandi/sl)