PAMEKASAN (suaralira.com) - Anggaran untuk sektor pertanian terus meningkat setiap tahun. Subsidi pupuk memegang alokasi paling besar, yakni mencapai Rp 30 triliun setiap tahunnya. Lantas sudah efektifkah penyaluran subsidi pupuk kepada petani selama ini?
Deputi II Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Kementerian Koordinator Perekonomian, Musdhalifah Machmud, mengatakan salah satu evaluasi penyaluran pupuk bersubsidi yakni jumlah dan jenis pupuk yang disalurkan banyak yang belum sesuai dengan kebutuhan petani dan karakter lahannya.
"Yang mau kita lihat, apakah pupuknya sudah sesuai dengan yang dibutuhkan petani. Karena banyak produksi pupuk tapi sebenarnya lahannya tidak cocok. Kita mau lihat lebih dalam kebutuhan lahan masing-masing, karena karakteristik lahan kita itu beda-beda setiap provinsi, apalagi setiap pulau," ujar Musdhalifah kepada wartawan di kantornya, Rabu (30/11/2016).
Dari evaluasi penyaluran subsidi pupuk, ketidaksesuaian antara jenis pupuk yang disalurkan dengan kebutuhan petani jadi salah satu sebab anggaran subsidi pertanian yang besar belum sebanding dengan peningkatan hasil produksi pangan.
"Jadi di sini butuhnya NPK, di sana butuhnya urea. Tapi Pak Menko (Manteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution) yakin betul karakteristik tanah itu beda-beda, nggak bisa seragam dari Sabang sampai Merauke, pasti punya kebutuhan maisng-masing, jadi subsidi itu harusnya apa yang dibutuhkan masyarakat," jelas Musdhalifah.
"Cukup kompos ya kompos, butuhnya N (nitrogen atau urea) ya kasih N saja. Itu semua mau coba review semua bantuan-bantuan bagaimana sistem yang baik, kita nggak bisa bicara hanya pelaksanaan," pungkasnya.
(dtc/sl)