Ketua Generasi Muda Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (GEMA-MKGR) Kota Bekasi, Syahrul Ramadhan atau yang karib disapa Buluk (kanan)

Berwawasan Kebangsaan Dalam Pilkada

BEKASI (suaralira.com) - Ketua Generasi Muda Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (GEMA-MKGR) Kota Bekasi, Syahrul Ramadhan mengatakan, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Bekasi semestinya bisa menjadi ajang untuk beradu ide, gagasan dan program yang bisa menjadi penilaian masyarakat.

 

"Dan itu semua muaranya untuk mewujudkan Kota Bekasi yang lebih baik, maju, sejahtera dan Ihsan," kata pria yang karib disapa Buluk ini.

 

Oleh itu, ia berharap agar Pilkada kali ini tidak membawa isu SARA dan menghalalkan segala cara.

 

"Saya mengimbau tolonglah Pilkada ini jangan menghalalkan semua cara. Berbahaya sekali kalau Pilkada itu membawa-bawa soal SARA. Jangan sampai lah gara-gara Pilkada kita bawa isu suku, isu agama, itu bisa pecah bangsa kita," cetus pria satu anak ini.

 

Ia menginginkan agar persaingan pada Pilkada kali ini lebih bersifat adu ide dan gagasan yang berwawasan kebangsaan. Bukan bersaing antar sesama rakyat atau saling mengadu domba.

 

"Saya mengajak (agar) Pilkada berwawasan kebangsaan. Oleh itu, ayo, Pilkada itu kan persaingan antar kita, bukan lawan penjajah kita ini. Adu konsep, adu gagasan, mana yang terbaik, menang. Kalau mau maju lagi nanti tunggu, ada lagi, setiap lima tahun ada," tuturnya.

 

Menurutnya, kualitas demokrasi akan meningkat, jika dalam proses kontestasi digunakan dengan adu gagasan dan ide. Tidak dipakai cara-cara yang merusak demokrasi itu sendiri. Misalnya, ujaran kebencian. Karena, jika ingin kualitas demokrasi meningkatkan, hindari ujaran kebencian.

 

Ketika sebuah pesta demokrasi sarat dengan ujaran kebencian, fitnah dan hoax, lanjut Buluk, yang muncul adalah kegaduhan. Bahkan, masyarakat bisa terpecah belah. Atas dasar itulah, ia tak bosan menyeru kepada Paslon dan partai yang bersaing di Pilkada agar mengedepankan kompetisi adu gagasan dan program. Bukan adu kebencian, atau lomba fitnah.  

 

"Standarnya pakai Pancasila, kalau menjabarkan lima silanya berhasil ya selesai. Jangan sampai indeks demokrasi yang cukup bagus rusak gara-gara ujaran kebencian," terang dia.

 

Yang penting, kata dia, sinergi antara parpol dan penyelenggara pemilihan terbangun dengan baik. Partai memegang peranan strategis dalam proses konsolidasi demokrasi. Karena apapun, mulai dari calon kepala daerah, calon presiden sampai calon legislator, partai yang menyiapkan. Kualitas partai, menentukan kualitas demokrasi.

 

(iya/sl)