Jakarta, Suaralira.com -- Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian enggan berkomentar seputar penyelidikan Tim Gabungan Pencari Fakta kasus teror penyiraman air keras terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Dia memilih menghindar soal perkembangan investigasi tim gabungan.
Usai perayaan HUT ke-73 Bhayangkara, Rabu (10/7), Tito yang ditodong sejumlah pertanyaan dari awak media, langsung masuk ke dalam mobilnya tanpa memberi sepatah kata pun.
Seharusnya, Tito memberikan pernyataan kepada media terkait perayaan tersebut. Panggung kecil dan mikrofon serta alat pengeras suara telah disiapkan untuk peraih Bintang Adhi Makayasa Akademi Kepolisian 1987 itu bicara di depan awak media.
Arahan dari Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal kepada media pun disampaikan. Hal tersebut biasanya menunjukkan seharusnya Tito memberikan pernyataan di depan media terkait perayaan HUT ke-73 Bhayangkara.
Namun, setelah lama menunggu justru pemberian pernyataan di depan media diberikan oleh Iqbal.
Saat ditanya kenapa Tito tidak jadi memberikan pernyataan di depan media, Iqbal hanya menjawab singkat.
"Sama saya juga sama saja," kata Iqbal, Rabu (10/7).
Sudah Sering
Bukan sekali ini saja Tito menghindar terkait kasus Novel. Sebelumnya usai menghadiri Sidang Paripurna di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat Senin (8/7) lalu, juga sama.
Tito yang ditanya ihwal berakhirnya masa kerja tim gabungan kasus Novel hanya mengatakan bahwa penjelasan terkait hal tersebut akan disampaikan oleh Kadiv Humas Polri Irjen Mohammad Iqbal.
Dia pun langsung masuk ke dalam mobil dan meninggalkan kerumunan wartawan yang telah siap menyodorkan mikrofon dan alat perekam suara.
"Nanti disampaikan Kadiv Humas. Tanya Kadiv Humas," kata Tito di Istana Kepresidenan Bogor, Senin (8/7).
Jauh sebelumnya, tepatnya pada 1 Agustus 2017 silam, Tito sudah melakukan langkah serupa.
Kala itu, jenderal bintang empat tersebut mengawali aksi menghindari wartawan dengan membatalkan agenda peliputan media untuk acara konferensi video yang ia selenggarakan bersama jajaran guna membahas topik 'Mafia Pangan' pada pukul 08.00 WIB.
Masih di hari yang sama, mantan Kapolda Metro Jaya itu memilih pergi dan langsung menaiki kendaraannya untuk meninggalkan area Mabes Polri, ketika dihampiri wartawan setelah merilis kasus penyelundupan 1,2 juta butir narkotik jenis ekstasi dari Belanda pada pukul 14.00 WIB.
Padahal, dalam catatan CNNIndonesia.com tercatat Tito kerap menemui wartawan untuk diwawancarai seputar isu yang tengah ramai diperbincangkan masyarakat dalam beberapa waktu terakhir.
Seperti saat menghadiri acara Wisuda Taruna di Akademi Kepolisian di Semarang, Jawa Tengah pada Jumat (5/7) dan usai memimpin upacara Serah Terima Jabatan sejumlah pejabat Polri di Mabes Polri, Jakarta Selatan pada Selasa (25/6).
Pada kesempatan itu, Tito memberikan pendapat dan pernyataannya terkait rencana sejumlah ormas menggelar aksi mengawal Mahkamah Konstitusi (MK) jelang putusan PHPU Pilpres 2019 hingga terkait pencalonan sejumlah anggota Polri menjadi komisioner KPK.
Sebagai informasi, sejumlah fakta baru dalam kasus teror air keras terhadap Novel terungkap setelah tim gabungan yang masa kerjanya telah berakhir memberikan keterangan pers di Mabes Polri pada Selasa (9/7) malam.
Fakta baru yang terungkap antara lain terdapat tiga jenderal polisi aktif yang telah diperiksa oleh penyidik dan munculnya dugaan motif politik di balik peristiwa penyiraman Novel.(mts/osc)
Sumber : cnnindonesia
Editor : Suaralira.com