JAKARTA (suaralira.com) - Kepolisian RI terus menelusuri pihak-pihak yang terkait dengan Juanda, seorang pria yang diduga sebagai pelaku pelemparan bom molotov ke Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur pada Minggu kemarin. Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan hingga saat ini ada 15 orang yang sudah diminta keterangan.
"Kita telah melakukan pemeriksaan secara insentif Tim Densus 88 masih mengembangkan, saat ini sejumlah orang diambil keterangan kurang lebih 15 orang yang diduga terkait saudara Juanda ini.
Informasinya bertempat tinggal di sebuah masjid di kota Samarinda," kata Boy kepada wartawan di Markas Besar Polri, jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (14/11/2016).
Menurut Boy, Juanda adalah mantan terpidana kasus peledakan bom di Serpong pada 2011 lalu. Dia juga termasuk dalam jaringan teroris bom buku yang mendapatkan remisi bersyarat pada lebaran tahun ini. Selepas bebas bersyarat, Juanda pergi ke Samarinda untuk bekerja sebagai buruh.
Juanda belajar merakit bom di Aceh pada tahun 2009 sampai 2011. Saat ini penyidik Polri terus memburu orang-orang yang diduga terlibat pelemparan bom Gereja Oikumene.
Tim Densus 88 juga menyambagi sejumlah tempat yang diduga pernah ditempati Juanda. Dari sejumlah tempat tersebut polisi tim mengamankan beberapa barang, seperti: laptop, handphone dan dokumen.
"Di sejumlah tempat di sebuah rumah antara lain beberapa barang diamankan seperti laptop, handphone dan bebrapa dokumen yang terdapat di tempat tersebut," kata Boy.
"Beberapa barang termasuk yang diamankan. Saat ini proses pemeriksaan yang kita curigai diupayakan penyelidik 7x24 jam," tambah Boy.
Pelemparan bom molotov oleh Juanda ke Gereja Oikumene di Samarinda pada Minggu (13/11/2016) kemarin menyebabkan sejumlah orang mengalami luka. Seorang bocah berusia 2,5 tahun bernama Intan Olivia meninggal dunia akibat bom tersebut.