SINGAPURA, SUARALIRA.com - Harga minyak berjangka naik tipis pada Selasa ini, imbas mulai berhentinya laju dolar Amerika Serikat, yang pada akhir pekan lalu melaju usai pidato Yellen.
Harga minyak mentah berjangka Internasional Brent naik 8 sen ke level USD49,34 per barel pada penutupan sebelumnya, pukul 01:25 GMT.
Acuan minyak mentah berjangka Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI) naik 15 sen menjadi USD47,13 per barel.
Retret atau mulai berhentinya laju indeks dolar, karena investor memandang ke depan untuk melihat data pekerjaan AS pada pekan ini, dimana Wakil Gubernur Federal Reserve, Stanley Fischer mengatakan akan menjadi penting apakah bank sentral AS menaikkan suku bunga dengan segera.
Melemahnya greenback membuat pembelian minyak untuk negara-negara dengan mata uang lainnya yang lebih murah, berpotensi memacu permintaan untuk bahan bakar.
Namun, kekhawatiran dari hasil pembicaraan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada September besok tentang pembekuan produksi terus membebani pasar.
“Ada perasaan bahwa pembicaraan OPEC soal pembekuan produksi akan menghasilkan sesuatu yang positif. Tapi itu baru pembicaraan belum resmi,” kata Robert Nunan, direktur manajemen risiko di Mitsubishi Corporation, seperti dikutip Reuters, Selasa (30/8/2016).
Sementara itu, Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih, kepada Reuters, berharap produsen minyak utama dunia melakukan pembekuan produksi pada bulan depan supaya pasar bergerak ke arah yang benar.
“Bagaimanapun, meski terjadi peningkatan produksi di Irak, dengan aksi pembekuan produksi di Libya, Nigeria, dan Venezuela, bisa merobohkan sekitar 3 juta barel produksi harian. Dan tidak ada yang bisa menahan napas mereka untuk mengubahnya dengan segera,” analisa Nunan.
Melihat aksi itu, beberapa upaya dilakukan untuk mencegahnya, seperti seruan gencatan senjata dengan pemberontak Nigeria. Sehingga bisa meningkatkan produksi anggota OPEC tersebut dari 700.000 barel per hari menjadi 1,56 juta barel per hari. (sn/sl)