Menag : Tumbuhkan Ukhuwah Ihsaniyah dan Islamiyah

MAKKAH, SUARALIRA.com - Para jemaah diingatkan untuk menumbuhkan Ukhuwah Ihsaniyah dan Ukhuwah Islamiyah. "Dimana Saat ini seluruh jemaah haji memakai pakaian ihram berwarna putih yang melambangkan suci. Semua jemaah haji melepaskan predikat identitas pribadi, menanggalkan status sosial dan segala atribut artifisial yang seringkali menjadi sumber keangkuhan dan kesombongan diri.
 
Suasana wukuf di Arafah menggambarkan Padang Mahsyar yang akan dihadapi seluruh umat manusia dalam skala mini. Hari ketika mulut telah dikunci, tapi tangan dan kaki yang nanti bersaksi, di depan Pengadilan Ilahi tentang amal baik dan amal buruk selama hidup di dunia yang fana ini," ujar Menteri Agama RI Lukman Hakim Saefuddin, Minggu (11/09/2016).
 
Meski panas matahari terik, tapi jemaah tetap antusias mengikuti acara di tenda misi haji Indonesia. Suhu diperkirakan 45 derajat celcius. Ada ratusan jemaah yang hadir. Sebelumnya dubes RI di Kerajaan Saudi sempat memberikan sambutan. Hadir para amirul haj, anggota DPR, DPD, komisi pengawas haji dan lainnya.
 
Lukman juga mengingatkan inti manasik haji sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah SAW adalah ibadah wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah, "al-hajju al- arafah". Wukuf dalam arti berdiam di tanah Arafah yang saat ini dilakukan, merupakan rukun haji yang tidak boleh ditinggalkan. Semua jemaah haji, termasuk yang sedang mengalami gangguan kesehatan, diharuskan hadir di Arafah dengan bantuan dan pelayanan khusus dari PPIH.
 
Menurut Lukman keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji akan dicapai apabila standar pembinaan, pelayanan dan perlindungan jemaah haji dapat diwujudkan dengan baik. Untuk itu, penyelenggaraan haji dipersiapkan sejak di Tanah Air, selama dalam perjalanan, selama di Tanah Suci hingga kembali ke asal tempat tinggal para jemaah. Keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji dapat diperoleh bila seluruh jemaah haji dapat merasakan manfaat langsung pelayanan yang diberikan oleh petugas haji, sehingga mereka dapat menunaikan rangkaian ibadah haji dengan baik.
 
"Saya selaku Amirul Hajj dan atas nama Pemerintah Republik Indonesia menyampaikan apresiasi kepada semua pihak di dalam negeri, baik jajaran kementerian dan lembaga di lembaga eksekutif, pimpinan dan anggota DPR-RI dan DPD-RI di jajaran legislatif, BPK, TNI, Polri, dan lembaga negara lainnya, serta Pemerintah Arab Saudi, atas dukungan dan kerjasamanya dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun ini," ucapnya.
 
"Penghargaan dan terima kasih juga saya sampaikan kepada seluruh petugas haji (Petugas Kloter dan PPIH Arab Saudi) yang telah bekerja maksimal melayani tamu-tamu Allah. Saya minta semangat dan pengabdian saudara-saudara tidak akan pernah surut, tapi terus dipertahankan sampai akhir masa operasional penyelenggaraan ibadah haji. Saya yakin kerja keras dan pelayanan kita kepada para tamu Allah (dhuyufurrahman) mengantarkan keberkahan tersendiri untuk diri, keluarga dan bangsa kita," lanjutnya.
 
Lukman menyebut segala upaya para petugas pelayan haji hanya bisa sukses jika diimbangi komitmen para jemaah. Sebab itulah, Lukman mengingatkan hendaklah jemaah haji mengikuti arahan petugas/pemerintah. Janganlah sebagian jemaah mengeluarkan pendapat yang membuat jemaah lain ragu dalam ibadahnya. 
 
"Jemaah hendaklah tidak was-was karena sejatinya agama Islam itu mudah dan tidak membebani," imbaunya.
 
Selain keberhasilan dalam penyelenggaraan ibadah haji yang terlihat dan dirasakan secara kasat mata, lanjut Lukman, berharap seluruh jemaah haji meraih haji mabrur.
Kemabruran haji dapat dilihat dari dua dimensi yaitu hablum minallah dan hablum minannas. Dalam konteks hablum minallah, kemabruran haji tercermin dari meningkatnya keimanan, ketakwaan dan ketaatan kepada Allah SWT. 
 
"Sedang dalam konteks hablum minannas, kemabruran haji tercermin dari semakin meningkatnya keshalehan sosial. Kemabruran haji sangat tergantung dari perilaku individu dalam mengamalkan dan menebar kebenaran, kebaikan, dan kedamaian dalam kehidupan sosial. Karena itu, sekembali dari Tanah Suci, janganlah berbangga telah menyandang gelar haji mabrur atau ibadah kita telah tuntas. Sebaliknya, kita harus sadar untuk mengamalkan nilai dan makna ibadah haji yang telah ditunaikan," tuturnya.
 
Terkait pesan moral haji, Lukman mengutip buku Al Islam, Aqidah wa Syari'ah karya Prof. Dr. Syaikh Mahmoud Syaltout. Disebutkan bahwa ibadah haji dengan meninggalkan sanak keluarga, harta benda dan tanah airnya, jemaah hají rela menahan segala macam kesukaran dalam perjalanan demi berbakti kepada Allah. 
 
"Dia melakukan yang demikian bukan maksud mencari keuntungan materi untuk memuaskan hawa nafsu, tetapi semata-mata karena hendak bersimpuh sebagai hamba di hadapan Ilahi, bertaubat atas segala kesalahan dan kealpaannya di hadapan Ka'bah. Apabila sudah selesai tugas haji, maka hatinya tenteram, dan dengan itu dia kembali ke tanah air membawa suasana hati yang thuma'ninah, semangat yang kuat, dengan tekad yang bulat untuk memperbaiki dirinya dan umatnya," papar Lukman.
 
Lukman melanjutkan, pribadi mabrur ditandai oleh sikap cinta dan solidaritas yang tinggi terhadap sesama, saling menghargai dan saling toleransi terhadap perbedaan. Ini sejalan dengan pesan Rasulullah dalam khutbah wada' 14 abad silam, yang perlu kita kedepankan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia.
 
"Kita ditakdirkan hidup dalam lingkungan masyarakat majemuk, baik dari segi etnis, suku, bahasa dan budaya, maupun paham keagamaan. Terhadap sesama manusia kita perlu tumbuhkan solidaritas kemanusiaan (ukhuwah insaniyah), terhadap sesama muslim perlu kita kembangkan persaudaraan keislaman (ukhuwah Islamiyah), dan terhadap sesama bangsa kita rajut persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyah). Pengejawantahan dari ketiga nilai ini merupakan bentuk kemabruran sosial yang perlu dipelopori oleh para hujjaj di Tanah Air nanti. Dengan spirit persaudaraan kita merajut kebersamaan yang akan membawa kita mampu mengembangkan kerjasama dalam membangun kehidupan bersama yang maju dan berkeadaban," ungkapnya.
 
Menurut Lukman, di era digital sekarang ini, haji memiliki makna lebih mendalam. Yakni sebuah jalan kembali dari keterasingan diri ketika terlena berkutat dengan teknologi komunikasi informasi. Haji ibarat install ulang terhadap segala program yang memengaruhi gerak tubuh dan perjalanan hidup. Waktu berhaji adalah masa service atau perbaikan diri agar kembali berfungsi sesuai tujuan hidup setiap insani, yaitu beribadah dengan segala bentuknya sepenuh hati. Wukuf dapat bermakna hibernasi (proses mengistirahatkan diri) untuk mengoptimalkan kembali fungsi rohani dan ragawi.
 
"Kesediaan menahan kepenatan dalam melaksanakan rukun Islam kelima ini adalah wujud penegasan diri sebagai hamba yang hanya berserah kepada Sang Maha Kuasa. Kesabaran berpanas-panas di Arafah adalah energi yang menghubungkan manusia dari berbagai latar belakang ke dalam satu ikatan ummatan wahidah. Sebesar apa pun perbedaan di antara kita, apa pun latar belakang kita, dari mana pun asal kita, sejatinya semua ingin berkomunikasi dengan pesan yang sama kepada Allah SWT, yakni diakui sebagai seorang muslim, seorang yang berserah diri kepada ajaran Allah SWT demi mewujudkan keselamatan dan kedamaian, wa ana minal muslimin. Di sinilah, di Arafah inilah, kita menyempurnakan makna syahadat yang setiap hari kita ucapkan, Asyhadu Allah Ilaha Illallah wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah," jelas Lukman. 
 
Menurut Lukman, Padang Arafah memang panas dan tandus dalam pandangan mata kepala. Tapi dalam tatapan mata batin, di sinilah tempat paling sejuk dan subur untuk berkontemplasi dan melakukan refleksi memperbaiki diri. Di tempat inilah Allah SWT memberikan kesempatan untuk mengeluarkan segala keluh kesah dan mengutarakan segala harapan. Saat inilah waktu yang istimewa untuk bermuhasabah menemukan jatidiri sehingga dapat berperilaku lebih arif dan bijak sebagai cerminan nilai-nilai ilahiyah. 
 
"Para orang shaleh mengatakan: man arafa nafsahu faqad arafa robbahu (Siapa yang mengenal dirinya, maka dia mengenal Tuhan-Nya). Di tempat dan waktu yang mustajab ini, mari berdoa, kiranya seluruh jemaah haji Indonesia dapat menyelesaikan rangkaian ibadah haji dengan sebaik-baiknya. Bagi yang sakit segera diberikan kesembuhan dan sehat kembali. Semoga semua jemaah haji kembali ke tanah air memperoleh predikat haji mabrur yang terimplikasi dalam pengamalan ajaran dan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara," kata Lukman.
 
"Di tempat yang mulia ini mari kita gunakan sebanyak mungkin berdzikir dan berdoa untuk kebaikan diri sendiri, keluarga, masyarakat, negara dan bangsa agar menjadi bangsa yang berdaulat, serta memiliki daya saing terhadap bangsa lain. Tugas seorang haji setelah pulang ke Tanah Air dilukiskan oleh seorang cendekiawan muslim dengan ungkapan puitis: "Wahai Haji! Jadikanlah negerimu sebuah negeri yang aman karena engkau telah pulang dari tanah haram; Jadikanlah zamanmu zaman yang mulia seolah-olah engkau tetap berada di dalam keadaan Ihram; Jadikanlah dunia ini seakan menjadi masjid suci karena engkau telah pulang dari Masjid Al Haram; karena seharusnya seluruh permukaan bumi ini merupakan masjid Allah." pungkas Lukman. 
 
(dtc/sl)